Jakarta, (puterariau.com)
Anggota DPR RI Reni Marlinawati menyebut ada 4 kesalahan mendasar dalam pendidikan nasional sehingga tidak pernah punya fokus yang sama.
Versi DPR menilai orang pintar kalau punya keahlian kusus yang membuatnya berhasil secara ekonomi dan populer seperti Inul Darasista yang sekolahnya cuma sampai sekolah menengah.
Sedang versi Pemerintah yang diutamakan sarana dan prasarana yang berorientasi proyek membangun gedung bagus dan permintaan anggaran dari tahun ke tahun selalu kekurangan dana.
Versi akademisi berteori jika gurunya bagus maka muridnya bagus, makanya guru harus di akreditasi dan kompeten untuk jadi guru.
Adapun versi guru dalam menilai murid yang pintar adalah jika dalam ujian semuanya anak didiknya lulus semua.
"Ini temuan yang sudah teruji secara akademik", kata Reni Marlinawati saat jadi pembicara dalam diskusi dialektika di Pres Room DPR RI Jakarta beberapa waktu lalu.
Ia mengingatkan Pemerintah akan pentingnya pendidikan agama sebagai basis pembangunan karakter. Karena sejak masa reformasi, alokasi waktu satuan ajar pelajaran agama semakin berkurang, anggarannya cuma Rp.40 triliun.
"Saya sampai sekarang menolak kurikulum 2013," katanya.
Dirinya khawatir nantinya bahwa generasi emas yang berusia matang pada tahun 2045 hanya melahirkan generasi pintar secara dunia tapi lemah secara transdental seperti yang terjadi di belahan benua Eropa.
Puti Soekarnoputri dari Fraksi PDI Perjuangan tidak kalah keras menyatakan bahwa FPDI P juga menolak kurikulum 2013 sejak mula diterbitkan.
Yang penting dalam pendidikan hari ini adalah kegiatan intra kurikuler, ekstrakurikuler dan kokurikuler yang melibatkan sekolah, orang tua dan masyarakat secara bersinergi untuk membangun pendidikan yang berkarakter, tegasnya .
"Saya menentang gagasan pendidikan sekuler karena kita menganut negara Pancasila yang dalam sila ke I mengajarkan keutamaan nilai nilai agama dan ketuhanan. Dan nilai moral lainnya sudah tercantum dalam sila 2, 3, 4 dan 5, tinggal dijabarkan sesuai dengan yang berlaku di dalam masyarakat kita," jelasnya. (Erwin Kurai/pr)