Harga Karet 'Anjlok', Petani Kotorajo Terhenyak

Posted by On Friday, October 20, 2017


Baserah, (puterariau.com)

Perolehannya manakik (menoreh) getah memang lumayan. Tetapi ketika diuangkan, hasilnya membuat miris hati. Sudah terlalu lama, petani karet menderita akibat harga yang anjlok drastis.

Terakhir sampai anjlok hingga Rp.4500. Sementara harga kebutuhan pokok sehari-hari terus naik. Terlebih menjelang lebaran beberapa waktu lalu. Harga beras, gula, telur, tepung dan minyak goreng naik tapi komoditi petani terjun bebas.

Petani karet asal Desa Kotorajo Kecamatan Kuantan Hilir, Bang Sinton mengatakan bahwa harga jual karet semakin turun berdampak terhadap kehidupan perekonomian masyarakat.

Terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Harga karet kembali turun. Semula sempat naik Rp.10000 per kilo, sekarang sudah turun lagi menjadi Rp.7000 per kilo. "Ini jelas membuat petani semakin tidak berdaya,” ungkap Sinton.

Bahkan, kata sinton, dalam sepekan terakhir ini harga karet kembali turun menjadi Rp.7000 per kilo getah (kering).

"Harga karet ini sudah berkali-kali mengalami penurunan mulai dari harga Rp.20 ribu turun menjadi Rp.18 ribu, turun lagi Rp.15 ribu, Rp.10 ribu, Rp. 8 ribu, Rp.7500 ribu dan terakhir Rp.7000 per kilo," katanya.

Dijelaskannya bahwa penurunan harga karet secara berangsur tersebut sudah berlangsung selama dua tahun terakhir.

"Jelaslah kami merasa sangat sulit dengan turunnya harga karet," katanya Sinton lagi.

Ia mengaku dalam satu hari kebun miliknya mampu menghasilkan sekitar 10 kilogram karet per harinya. Sehingga jika harga Rp.7000, berarti dalam sehari penghasilannya Rp.70 ribu, itu kalau tidak hujan.

Senada dengan sinton, yakni Dolai, warga Desa Kotorajo juga mengeluhkan penurunan harga karet dari Rp.9000 menjadi Rp.8000-7000 per kilo.

 "Sudah empat minggu ini harga karet turun terus. Sekarang ekonomi masyarakat lagi sakit, karena kami hanya bisa bertahan dari hasil karet ini," katanya. 

Ia berharap Pemerintah segera mencari solusi untuk mengembalikan harga karet yang anjlok ini.

Menurutnya, turunnya harga karet berdampak pada kehidupan anak-anak dari daerah pedalaman yang sekolah di kota. Orang tua yang semula bisa rutin mengirim uang pada anaknya Rp.1,5-2 juta per bulan, kini hanya bisa mengirim Rp.500-800 ribu per bulan.

“Turunnya harga karet ini berdampak luas pada sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan umumnya," ungkapnya. (januardi/idep)


Next
« Prev Post
Previous
Next Post »