Kehabisan BBM, Kapal Tugboat Buana Power 5 Terdampar Di Perairan Desa Bina Sempian

Posted by On Sunday, February 11, 2018


Selat Panjang, (puterariau.com)

Tujuh orang crew Tugboat "Buana Power 5" GT.65 No 3370/PPM No 2971/L asal Tanjung Balai Karimun berhari-hari terdampar di Perairan Desa Bina Sempian Kecamatan Rangsang Pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti Riau.

Kapal yang diketahui Milik PT. Sandico Ocean Line (SOL) diperkirakan sudah terdampar lebih kurang satu minggu lalu hingga saat ini belum bisa melakukan olah gerak dikarenakan badan kapal kandas di bibir pantai, Minggu 11/02/2018.

Menurut informasi yang dihimpun media ini, Kapal Tugboat dan Kapal Tongkang angkutan material tanah rute Tanjung Balai Karimun, Tanjung Batu dan Rupat itu terdampar disebabkan kehabisan bahan bakar minyak (BBM) yang akhirnya terdampar (04/02/2018) minggu lalu.

Dari keterangan Edi, salah seorang nelayan desa sekitar mengatakan bahwa kapal tersebut sudah nampak sekitar seminggu belakangan ini. "Kami kira itu kapal mau masukkan muatan disekitar sini, tetapi setelah beberapa hari kami coba menghampiri dan ABK kapal tersebut bilang bahwa kapal mereka kandas karena putus minyak," ujarnya.

Saat dipantau langsung ke lapangan, sangatlah mengejutkan, seban dari tujuh (7) orang jumlah crew kapal tersebut sekarang hanya tinggal lima (5) dikarenakan dua orang crew lainnya nekat terjun ke laut dan meniti hutan mangrove untuk pulang. 

Yang parahnya, kondisi Kapal Tugboat sangat mencemaskan dan mengkhawatirkan. Betapa
tidak, peralatan kapal banyak ditemukan rusak parah seperti safety equitmentnya semua sudah pada kadarluarsa seperti : Parabchute Signal, Red Hand Flare, Smoke Signal dan Life buoy sudah pecah.

Selain itu, dengan kondisi kapal yang dinilai sangat tidak layak dijalankan l, tetapi bisa diberikan izin berlayar oleh syahbandar Tanjung Balai Karimun, ada apa di Karimun ?

Diketahui Tugboat "Buana Power 5" GT.65 No 3370/PPM No 2971/L tersebut kondisinya banyak yang tidak sesuai dengan prosedur pelayaran, seperti jangkar karatan tidak ada dan tidak berfungsi,bracun api juga tidak memiliki label, kemudian expiry date. Pemancar sinar pada tahun 2016 yang juga sudah kadaluarsa dan daftar pasang surut atau Tide Tables pada tahun 2014 silam.

Sementara itu salah seorang crew kapal yang tak mau disebut namanya mengatakan bahwa hal ini karena kesalahan perusahaan.

 "Kejadian ini jelas-jelas kesalahan Perusahaan, dimana kapal kami ini mempunyai rute dari Tanjung Balai, Tanjung Batu dengan membawa tongkang, terus disana kami loading muatan tanah merah untuk diantarkan ke Rupat," katanya.

Awalnya ABK dikonfirmasi Perusahaan untuk Banker BBM, kapal sebesar 9 ton ternyata hanya di isi 5 Ton. "Kalau ke Rupat kita memang sampai, tetapi waktu arah balik ke Tanjung Balai Minggu, (04/02/2018), kami kehabisan BBM di sekitar Tanjung Sekudi," ungkapnya lagi.

Pihaknya sempat kehabisan makanan dikarenakan stok waktu itu hanya cukup untuk tiga hari, tapi sekarang bantuan makanan dan BBM sudah ada karena diantar sama kapal perusahaan juga.

"Untuk selanjutnya kami hanya menunggu izin berlayar yang dikeluarkan syahbandar di Selatpanjang dan sampai saat ini pun belum ada agen yang datang, saat ini kami juga menunggu air laut pasang tinggi," bebernya.

Sementara itu kondisi tongkang jauh bersandar ke dalam hutan mangrove di Desa Kedabu Rapat. (Agus)



back to top