Indonesia Berduka, Mantan Gubernur Jatim Basofi Sudirman Meninggal Dunia

Posted by On Monday, August 07, 2017



Jakarta, (PR)

Kabar duka menyelimuti nusantara. Gubernur Jawa Timur periode 1993-1998, Basofi Soedirman, meninggal dunia di RS Medistra, Jakarta, pada Senin 7 Agustus 2017 pukul 11.00 WIB karena sakit.

"Benar, Pak Basofi meninggal setelah beberapa lama dirawat di rumah sakit Medistra yang sempat juga sebelumnya alami perawatan di Singapura," kata adik kandung Basofi Soedirman, Laeili Nuraeni, yang dikutip Putera Riau, Senin 7 Agustus 2017. 

Berpulangnya Pak Basofi turut dibenarkan oleh Ketua DPRD Jawa Timur, Abdul Halim Iskandar pada Senin (07/08/17). Ia meminta seluruh masyarakat untuk mendoakan almarhum.

Jenazah Basofi masih ada di rumah sakit untuk dimandikan dan rencananya setelah dari rumah sakit akan dibawa ke rumah duka di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. 

"Innalillahi Wa Innaillaihi Rojiun. Telah berpulang ayahanda tercinta Moch Basofi Soedirman. Semoga arwah beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Aaminn," tulis putra Basofi Soedirman, Charis Firismanda, di postingan Facebooknya, Senin 7 Agustus 2017. 

Di postingan tersebut, Charis atas nama keluarga juga meminta maaf kepada publik apabila selama hidup almarhum pernah berbuat kesalahan dan kekhilafan.

Sebagaimana diketahui, Basofi Soedirman merupakan purnawirawan TNI AD berpangkat mayor jenderal kelahiran Bojonegoro, 20 Desember 1940 yang menjabat sebagai Gubernur Jatim periode 1993-1998. 

Di masa karirnya, Basofi pernah menjabat sebagai Kasdam I/Bukit Barisan periode 1986-1987, kemudian Wakil Gubernur DKI Jakarta 1987-1992. Tak itu saja, Basofi yang dikenal dengan khasnya berkaca mata itu pernah meramaikan bursa musik Indonesia dengan melantunkan lagu berjudul "Tidak Semua Laki-Laki".

Almarhum adalah putra dari Letjen TNI (Purn) H. Soedirman yang merupakan tokoh terkenal di Bojonegoro, dan merupakan pahlawan nasional dari Kabupaten Bojonegoro. 

Berkat pengaruh ayahnya, sejak kecil Basofi sudah bercita-cita menjadi tentara. "Bapak selalu mengajak saya melihat-lihat kegiatan militer seperti tentara latihan. Saya melihat kebesaran Bapak saya di dunia kemiliteran itu, sehingga otomatis di benak saya enggak ada yang lain kecuali ingin jadi tentara," katanya suatu ketika.

Sebagian cara hidup yang biasanya dialami tentara juga sudah sering dialaminya sejak kecil. Pada masa revolusi, Basofi kecil sudah sering harus ikut mengungsi. Setelah Belanda mengakui kedaulatan RI pun, ia masih harus berpindah-pindah karena tugas ayahnya selaku tentara menghendaki begitu. Basofi meninggalkan seorang istri dan tiga anak, yaitu satu putri dan dua putra. (tamba/eka/rls)
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »