Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Kritis, Pemerintah Dinilai Masih 'Tidur' Panjang

Posted by On Sunday, August 20, 2017


Bengkalis, (puterariau.com)

BRG (Badan Restorasi Gambut) dan BBKSDA berencana akan membuat sekat kanal di kampung Sidodadi pinggiran Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu dan program pemberdayaan masyarakat pencegah dan jalan keluar ekonomi bagi masyarakat Sidodadi segera dilakukan.

Hanya saja masih menyisakan pembalakan liar yang masih terus sembunyi-sembunyi di daerah ini. Mungkin karena kebiasaan lama yang sulit dirubah serta fulus yang menjanjikan.

Meskipun Kapolda Riau pernah turun ke lapangan beberapa waktu lalu, namun tetap tak mampu membendung aktifitas pembalakan liar yang dilakukan oknum-oknum perusak lingkungan tersebut.

Tanggul yang dijebol belum juga ditanggulangi secara darurat untuk mencegah kebakaran (meski sementara/darurat). Lahan gambut sudah semakin kering. 

Berdasarkan informasi warga, tanggul jebol tgl 27 Juli dan 3 Agustus  2017 lalu dan untuk mengantisipasi kekeringan dan kebakaran di kampung Sidodadi Tasik Serai di pinggiran Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu, sudah direspon meski eksekusi darurat penutupan kanalnya belum juga dilakukan. 

Perwakilan anggota masyarakat anggota Persaudaraan Mitra Tani Nelayan Indonesia (PETANI) bahkan diundang ke Kantor Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Dr. Ir Mahfud MP di Simpang Panam Pekanbaru (Selasa 08/08/17). 

Dalam pertemuan itu didampingi dan dihadiri oleh pihak Polda Riau dan Kepala Bidang Wilayah II BBKSDA Riau, Heru Sukmantoro.
Diskusi PETANI, BRG, dan LPPM Unri di ruangan dekan Fakultas Teknik UNRI

Kepala BBKSDA Riau memberikan arahan untuk penyelesaian status tanah di kampung Sidodadi agar bisa dimasukkan dalam program Perhutanan sosial dan kemitraan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 

Untuk mengatasi jebolnya sekat kanal di kampung Sidodadi, Kepala BBKSDA Dr. Ir Mahfud MP mempertemukan perwakilan PETANI dengan Kepala Kelompok Kerja Wilayah Sumatera BRG, Soesilo Indrato yang sedang mengadakan diskusi dengan LPPM Unri dan jajaran Dekan di Fakultas Teknik Universitas Riau.

Rektorat Universitas Riau membuat MoU dengan Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) dengan program-program  pencegahan seperti Sekat Kanal, Sumur Bor, SID ( survey investigasi desain), DED (desain enginering drawing).

Untuk revitalisasi dan ekonomi masyarakatnya ada program alternatif ekonomi holtikultura/pertanian, pengembangan komoditas lokal, budidaya perikanan, dan pengembangan peternakan.

Dalam pertemuan tersebut BRG direncanakan hanya akan membuat 31 sekat kanal karena belum ada program tersebut dan bekerjasama dengan organisasi PETANI yang melibatkan partisipasi masyarakat setempat yang merupakan anggota organisasi tersebut.

"Kami juga berharap pemberdayaan kehidupan masyarakat juga diperhatikan, untuk mencari jalan keluar agar para pembalak liar tidak lagi bekerja menyenso kayu dari Cagar Biosfer GSK BB," kata Soesilo.

Baca http://www.puterariau.com/2017/07/kondisi-alam-desa-bukit-kerikil-mulai.html?m=1

Setelah acara tersebut, seorang perwakilan Badan Restorasi Gambut (Kamis, 9 Agustus 2017) ikut bersama perwakilan masyarakat PETANI Sidodadi untuk melihat tanggul jebol yang dilaporkan. 

Perwakilan Badan Restorasi Gambut sudah mengambil koordinat GPS, memfoto dan mengukur panjangnya sekat sekat kanal yang akan dibuat.
Diskusi di ruangan BKSDA Propinsi Riau

Warga (PETANI) Sidodadi mengkuatirkan belum ada tindakan darurat sementara menutup tanggul yang jebol tersebut, karena setelah membawa perwakilan BRG ke lokasi, dan sama-sama menyaksikan terlihat permukaan air gambut terus menurun. 

Padahal jika Pemerintah mengerahkan  pasukan TNI dan Polri bersama masyarakat setempat penutupan kanal diperkirakan hanya selesai 1 hari.

Harapan warga ke Pemerintah Desa, Kabupaten, BKSDA, TNI-Polri untuk segera bergotong royong dengan masyarakat setempat mengambil tindakan darurat sementara agar tanggul itu tertutup untuk mencegah terjadi permukaan air gambut yang terus menurun dan sangat berbahaya jika terjadi kebakaran karena gambut semakin kering.

Menyayangkan ketidakpedulian Asia Pulp and Paper Sinar Mas Group yang seharusnya juga ikut bertanggung jawab terhadap keberadaan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu karena lokasi tanggul hanya ratusan meter dari Hutan Tanaman Industri APP Sinar Mas Group.

Kemana Pemerintah ? Khususnya Pemkab Bengkalis yang dikomandoi oleh Amril Mukminin dan jajarannya ? Pernah melihat kondisi lapangan sebenarnya di masyarakat, sementara di baliho dan slogannya selalu berjuang untuk masyarakat dan daerah. (sahat MH/rls)



Next
« Prev Post
Previous
Next Post »