Washington, (puterariau.com)
Pentagon mengatakan siap untuk menghadapi China dan Korea Utara seiring perjalanan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), James Mattis, menuju Singapura untuk konferensi keamanan internasional.
Direktur Staf Gabungan di Departemen Pertahanan AS, Letnan Jenderal Kenneth F. McKenzie Jr, mengatakan meskipun ia tidak akan membandingan ancaman yang ditujukan untuk AS oleh China dan Korut namun ia menegaskan militer AS siap menghadapi keduanya.
Dua sekutu Asia-Pasifik telah berpisah dalam beberapa tahun terakhir ketika Pyongyang mempercepat program nuklirnya, tetapi China tetap menjadi penentang keras kegiatan militer AS di kawasan itu dan terutama di Laut Cina Selatan.
"Kami menganggap kedua ancaman itu serius. Tentu saja, Cina memiliki kemampuan nuklir yang jauh lebih besar dan Anda harus memperhitungkannya, China memiliki mesin ekonomi yang jauh lebih besar yang harus Anda pertimbangkan sehingga ancamannya sangat berbeda," kata McKenzie kepada wartawan di Pentagon.
Ketika Anda mempertimbangkan Korea Utara, hal pertama yang diihat adalah perilaku mereka yang berubah-ubah dan tak terduga yang membentang kembali beberapa dekade," tambahnya seperti dikutip dari Newsweek, Jumat (1/6/2018).
Kedua negara kemungkinan besar akan menjadi agenda dalam konferensi keamanan internasional Dialul Shangri-La tahunan. Konferensi ini diselenggarakan oleh Institut Internasional untuk Studi Strategis, yang dijadwalkan dimulai hari ini.
Di antara mereka yang akan berbicara di acara tersebut adalah Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Singapura Halimah Yacob bersama dengan Menteri Pertahanan Australia, Kanada, Prancis, Jerman, Indonesia, Jepang, Selandia Baru, Filipina, Qatar, Seychelles, Korea Selatan, Sri Lanka, Inggris, AS dan Vietnam.
Sejumlah negara yang terlibat berbagi keprihatinan dengan AS tentang aktivitas China di Laut Cina Selatan. Washington menuduh Beijing melakukan militarisasi sejumlah pulau yang disengketakan untuk memberlakukan klaim teritorial yang luas.
Menteri Pertahanan AS James Mattis mengatakan pada Selasa lalu bahwa ia merencanakan "latihan keras" kebebasan navigasi dan operasi angkatan laut lainnya di perairan yang diperebutkan. Ia pun menegaskan akan menghadapi apa yang diyakininya tidak sejalan dengan hukum internasional. (tati/rls/sdn)